Transformasi digital dan AI (Artificial Intelligence) seperti ChatGPT pada skala perusahaan / bisnis dapat menimbulkan sejumlah dampak bagi organisasi. Beberapa di antaranya adalah perubahan pola perilaku konsumen, perubahan model bisnis, perubahan pola kerja pegawai dan perubahan pola rekrutmen pegawai. Secara keseluruhan, dampak tersebut juga akan berpengaruh signifikan pada produktivitas, efisiensi dan profit serta pertumbuhan bisnis perusahaan.
Beberapa dari dampak tersebut akan disinggung dalam tulisan ini berdasarkan tulisan bookchapter oleh Setiawan di dalam [1].
Transformasi digital dan AI dari suatu perusahaan bisa mengubah model bisnis yang telah dijalankan. Dampak lanjutannya, perusahaan dianjurkan untuk mengevaluasi model bisnis mereka agar sejalan dengan transformasi digital yang tengah berproses.
Setidaknya ada 7 model bisnis yang telah terbukti sukses di era disruptif digital dan AI sebagaimana yang ditulis oleh Bernard Marr dalam [2]. Perusahaan / bisnis selanjutnya perlu untuk mempertimbangkan model bisnis tersebut sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan.
Ketujuh model bisnis tersebut adalah:
Pada masa lalu, data yang dapat dikumpulkan hanya sebatas informasi dari survei penelitian pasar dan audiens pada iklan di surat kabar, radio, dan televisi. Namun dalam model bisnis ini, big data dari pengguna online dimanfaatkan untuk menghubungkan mereka dengan produk dan layanan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan analisis big data.
Baca juga: Syarat Transformasi Digital bagi Organisasi Bisnis
Keberhasilan pada model bisnis ini terletak pada konsep “if you’re not paying, you’re the product.” (jika Anda tidak membayar, maka Anda adalah produknya). Google dan Facebook adalah contoh perusahaan yang sukses menggunakan model bisnis yang didukung oleh iklan ini.
Dalam model bisnis ini, perusahaan menawarkan produk dan layanan mereka secara online dan langsung kepada pelanggan. Contohnya Amazon dan Alibaba yang tidak hanya menjual produk secara langsung kepada konsumen, tetapi juga beroperasi sebagai pasar.
Ribuan bisnis kecil dan ceruk (niche) bisnis yang ada saat ini umumnya beroperasi melalui platform dan pasar seperti Amazon, Shopify, Etsy, atau Alibaba. Atau di Indonesia seperti shopee.co.id atau tokopedia.com
E-commerce memberikan cara yang sangat nyaman dan terjangkau bagi siapa saja untuk menjual produk mereka secara global tanpa harus khawatir tentang logistik dan biaya untuk membuka toko secara fisik.
Model bisnis ini menawarkan versi dasar produk atau layanan secara gratis, tetapi mengenakan biaya kepada pengguna jika mereka ingin mengakses fitur premium. Contoh produk atau layanan yang menggunakan model bisnis ini adalah Spotify, Dropbox, LinkedIn, Zoom dan belakangan ChatGPT.
Model bisnis ini mencakup penyedia e-commerce seperti Amazon dan Alibaba, yang telah berkembang menjadi pasar, di mana siapa saja dapat membuka bisnis mereka sendiri. Selain mereka, terdapat juga platform yang lebih spesifik seperti eBay, Uber, atau AirB’n’B.
Di sini pengguna mendapatkan manfaat dari kepopuleran dan kekuatan finansial dari penyedia platform. Mereka sering menggunakan analisis big data dan kampanye periklanan untuk mengarahkan lalu lintas ke toko atau daftar pelanggan mereka.
Model bisnis ini mengacu pada bisnis yang membebankan pelanggan dengan pembayaran secara teratur, gambarannya seperti berlangganan majalah atau surat kabar. Contohnya adalah Netflix yang menawarkan film sesuai permintaan, atau Microsoft dan Adobe yang menawarkan paket langganan perangkat lunak sebagai layanan, seperti Microsoft 365 atau Adobe Creative Cloud.
Model bisnis ini mengumpulkan informasi dari berbagai perusahaan yang menawarkan produk dan layanan, kemudian mengemasnya menjadi portal yang mudah digunakan untuk membandingkan harga, fitur, dan manfaat.
Cara ini seperti memiliki asisten pribadi yang membantu kita menemukan penawaran terbaik dari internet. Contohnya PriceRunner, PriceGrabber, dan Shopping.com. Atau di Indonesia ada iprice.co.id dan pricebook.co.id. Model bisnis ini menghasilkan pendapatan dari fee ketika kita membeli produk sebagai hasil dari rujukan mereka.
Model bisnis ini memberikan kesempatan bagi bisnis untuk mengumpulkan dana melalui donasi atau sumbangan dari banyak orang melalui platform seperti Kickstarter, Indiegogo, Gofundme, atau di Indonesia seperti kitabisa.com.
Cara ini memungkinkan bisnis dapat mengumpulkan dana tanpa harus bergantung pada investor besar atau bank. Selain itu, situs seperti Patreon juga memungkinkan kreator konten membangun hubungan personal dengan audiens mereka, serta menawarkan produk atau layanan yang berkelanjutan, seperti musik, video, atau tulisan.
Baca juga: Empat Komponen Keberhasilan Transformasi Digital Perusahaan
Selain ketujuh model bisnis di atas, masih banyak model bisnis lainnya yang telah dipergunakan sejumlah perusahaan di dunia selama ini. Situs businessmodelnavigator.com di antaranya menjelaskan 55 jenis model bisnis beserta contoh perusahaan di dunia yang mengadopsinya. Pembaca yang berminat mempelajari model bisnis tersebut dapat merujuk ke situs mereka.
Sejumlah pekerjaan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional (manual) bisa berubah menjadi terotomatisasi. Mengutip penelitian McKinsey Global Institute, Savitri menjelaskan bahwa sekitar 30% pekerjaan manusia dapat diotomatisasi pada tahun 2030. Dan dari sekitar 60% tugas, paling tidak sepertiganya konsisten dapat diotomatisasi [3]. Namun kecepatan penerapan otomatisasi pekerjaan nantinya masih tergantung kepada biaya pengembangan dan solusi otomatisasi di perusahaan, dinamika pasar tenaga kerja, manfaat otomatisasi di luar penggantian tenaga kerja dan tergantung pula pada aturan maupun penerimaan sosial .
Selanjutnya, perkembangan di bidang kecerdasan artifisial dan machine learning dengan munculnya ChatGPT (GPT-4) serta generative AI tools lainnya seperti Midjourney yang bisa menghasilkan gambar artistik berbasis teks, dapat membawa dampak / perubahan besar pula bagi bisnis.
Suatu survei terhadap 1.000 pemimpin bisnis di Amerika Serikat pada bulan Februari 2023 lalu (hanya 3 bulan sejak ChatGPT dirilis ke publik) mendapatkan hasil temuan sebagai berikut [4]:
Jenis-jenis pekerjaan atau tugas yang bertransformasi akibat mengadopsi ChatGPT oleh perusahaan yang disurvei dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Sumber: resumebuilder.com
Terlihat bahwa dengan mengadopsi AI seperti ChatGPT beberapa jenis pekerjaan pegawai perusahaan telah dapat diotomatisasi / mengalami transformasi, seperti menulis kode program, copywriting / pembuatan konten, layanan pelanggan, meringkas hasil rapat, melakukan riset, menghasilkan daftar tugas yang harus dikerjakan dan lain sebagainya.
Di samping itu, dari temuan survey dan gambar di atas diperlihatkan bahwa sejumlah bisnis berhasil menghemat pengeluaran dalam bentuk jumlah rekrutmen dan biaya rekrutmen pegawai. Aktivitas / pola rekrutmen yang dilakukan perusahaan pun terbantu dengan AI, yakni dalam proses penulisan job desc, menulis pertanyaan untuk interview, merespons para pelamar kerja dan lain-lainnya.
Perusahaan kelas dunia seperti McKinsey memahami pentingnya transformasi digital dan AI ini. Berbasis generative AI seperti ChatGPT, mereka meluncurkan sebuah produk AI development tools bernama Horizon buatan QuantumBlack Labs milik McKinsey pada 5 Juni 2023 kemarin. Produk ini dapat membantu perusahaan-perusahaan klien mereka mewujudkan transformasi AI untuk meningkatkan performa bisnis perusahaan [5].
Pada proyek McKinsey sebelumnya [6] dengan produk AI mereka bernama CustomerOne toolkit juga telah berhasil membantu sejumlah perusahaan telekomunikasi. Dengan CustomerOne toolkit ini waktu yang dibutuhkan time to market untuk keperluan kampanye analitik mereka berhasil dipangkas sebesar 75%.
Demikianlah, dengan fenomena perkembangan dan tuntutan bisnis seperti itu, para pemimpin bisnis telah ditantang untuk terus memahami transformasi teknologi digital dan AI yang akan berdampak membawa perubahan besar bagi bisnis. Di samping itu, mereka juga perlu terus mengembangkan inovasi agar perusahaan dapat memiliki daya tahan (resilience) yang dibutuhkan untuk melewati berbagai hambatan dan persoalan. Sebagaimana yang dikatakan Bernard Marr, seorang futuris dan konsultan bisnis & teknologi, bahwa keamanan siber dan transformasi digital menjadi faktor penting dalam membangun daya tahan bisnis di abad ke-21 [7].
Referensi:
[1] Setiawan, A. (2023). Transformasi Bisnis ke Sistem Digital. Di dalam: Bairizki, A.(Ed.) Pengantar Bisnis (Respons Dinamika Era Digital). Penerbit SEVAL, Lombok. 51-60. https://doi.org/10.31237/osf.io/mrzs5
[2] Marr, B. (2023). The 7 Most Successful Business Models Of The Digital Era. From: https://bernardmarr.com/the-7-most-successful-business-models-of-the-digital-era/
[3] Savitri, A. (2019). Bonus Demografi 2030; Menjawab Tantangan Serta Peluang Edukasi 4.0 dan Revolusi Bisnis 4.0. Semarang, Jawa Tengah: Penerbit Genesis.
[4] Resumebuilder.com. (2023). 1 in 4 companies have already replaced workers with ChatGPT. From:
https://www.resumebuilder.com/1-in-4-companies-have-already-replaced-workers-with-chatgpt/
[5] https://www.mckinsey.com/about-us/new-at-mckinsey-blog/mckinsey-launches-its-new-product-suite-to-help-clients-scale-ai
[6] https://www.mckinsey.com/about-us/new-at-mckinsey-blog/hybrid-intelligence-the-future-of-artificial-intelligence
[7] Marr, B. (2022). How To Become A More Sustainable And Resilient Company. From: https://bernardmarr.com/how-to-become-a-more-sustainable-and-resilient-company/
Tinggalkan Komentar