Tidak lama lagi Ramadhan akan pergi. Kepergiannya tentu akan meninggalkan kesedihan bagi kita.
Namun ada baiknya kita resapi beberapa perkataan hikmah dari para ulama untuk menjaga semangat ketaatan tetap menyala selepas Ramadhan.
Hikmah-hikmah Ramadhan
1. “Seburuk-buruk kaum (adalah yang) tidak mengetahui hak Allah (untuk disembah) kecuali di bulan Ramadhan (saja). Sesungguhnya orang saleh (adalah yang) menghamba (kepada Allah) dan bersungguh-sungguh (dalam ketaatan kepada-Nya) sepanjang tahun.”
(Bisyr al Haafi, dalam kitab Lathoiful-Ma’arif li Ibni Rojab)
2. “Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada bulan Ramadhan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan lainnya, ia bukan seorang yang benar-benar bertobat. “
(Ibnu Taimiyah, dalam kitab Al Majmu al Fatawa)
3. “Kunci agar hati selalu hidup antara lain dengan banyak merenungkan (kandungan) al-Quran dan banyak menundukkan diri kepada Allah di waktu sahur.”
(Imam Ibnu al-Qayyim, dalam kitab Haadii al-Arwaah ilaa Bilaad al-Afraah)
4. “Barangsiapa yang senang bila lamanya berdiri di hari kiamat diringankan oleh Allah, maka hendaklah ia memperlihatkan dirinya kepada Allah di malam hari dengan sujud dan berdiri mengingat hari akhir.”
(Ibnu Jarir Ath-Thabari, dalam kitab Tafsir Ibnu Jarir)
5. “Waspada dan waspadailah maksiat karena dampaknya sangat buruk. Waspada dan waspadailah dosa, terlebih lagi dosa yang dikerjakan saat sendirian. Karena Allah Ta’ala akan menghukum pelakunya dengan tidak sudi melirik kepadanya.”
(Imam Ibnul Jauzi)
6. “Sungguh siapa saja yang hidup di atas suatu kebiasaan tertentu, ia pun akan diwafatkan di atas kebiasaan tersebut.”
(Imam Ibnu Katsir, dalam kitab Tafsiir al-Qur’aan al-’Azhiim)
7. Imam Al-Ghazali memberikan patokan untuk mengetahui malam Lailatul Qadar dalam kitab Ihya Ulumudin, yaitu:
8. Mereka Yang Tak Diampuni Allah
Meski bulan Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, namun ada di antara umat Islam yang tidak mendapatkan ampunan-Nya. Siapakah mereka itu?
9. “Dalam kondisi sakit dan rasa nyeri terdapat 4 perkara : pembersihan, pengampunan, penyebutan dan pengekangan. (Yaitu pembersihan dari dosa besar, pengampunan dari dosa kecil, menyebut Allah, dan mengekang dari kemaksiatan).”
(Imam Al Junaid)
10. “Sering kali dirimu diminta untuk taat, tetapi hatimu senantiasa merasa berat, karena memang tak mencintai ketaatan. Karena itu, yang pertama kali kau lakukan adalah mengobati kalbumu. Bila sudah sembuh, nikmat cinta pun akan datang dengan sendirinya!”
(Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari)
11. “Apabila engkau belum sanggup berbaik sangka kepada Allah lantaran kesempurnaan sifat-sifatNya, maka berbaik sangkalah kepada Allah karena perlakuan-Nya kepadamu. Bukankah Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik? Dan bukankah Dia senantiasa memberimu segala kenikmatan?”
(Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, dalam kitab Al Hikam Al ‘Athaiyyah)
12. “Amalan yang dilakukan oleh Nabi SAW adalah amalan yang konsisten dilakukan (kontinyu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar (Beliau dicela karena meninggalkan amalan shalat malam/tahajud).”
(Imam Ibnu Rajab Al Hambali)
14. “Barangsiapa tidak ridha atas segala hukum, perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku yang selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah Tuhan lain selain diri-Ku (Allah).”
(Hadits Qudsi)
Tinggalkan Komentar