Info Prodi
Sabtu, 20 Apr 2024
  • 2 dari 8 Alasan Anak SMK & MAK Perlu Lanjut Kuliah di Prodi Teknik Elektro ITI: 1) Nggak perlu hebat dulu untuk bisa kuliah di sini, 2) Biaya kuliah bisa nyicil per bulan (bunga 0%).
9 Februari 2023

Kisah Sukses dan Sejarah Apple Inc., Perusahaan Paling Inovatif di Dunia

Kamis, 9 Februari 2023 Kategori : Kisah Sukses

Apple Inc. dianggap banyak pakar sebagai perusahaan paling inovatif di dunia, sekaligus paling menguntungkan dalam dunia bisnis hingga saat ini. Ia mampu membuat barang dengan biaya produksi murah dan menjual produknya dengan margin keuntungan yang tinggi. Tidak ketinggalan desain yang simpel, elegan dan eye-catching di jajaran produknya.

Namun sebelum melihat lebih jauh mengapa Apple bisa seperti itu, mari kita lihat lebih dulu kisah sukses dan sejarah Apple Inc. yang penuh dengan inovasi revolusioner.

Sejarah Apple Inc.

Wikipedia menulis bahwa Apple Inc. memiliki kantor pusat di Cupertino, California. Dibangun oleh Steve Jobs, Steve Wozniak, & Ronald Wayne pada April 1976 untuk mengembangkan serta menjual komputer personal Apple I yang dirancang oleh Steve Wozniak.

Perusahaan ini awalnya berdiri pada bulan Januari 1977 dengan menggunakan nama Apple Computer, Inc. Namun pada bulan Januari tahun 2007, Jobs mengubah nama perusahaan dari Apple Computer, Inc. ke Apple Inc. sebagai cermin beralihnya fokus perusahaan dari pembuat komputer ke barang elektronik konsumen.

Pada bulan Agustus 2011, Jobs melepas jabatan CEO-nya karena masalah kesehatan. Ia digantikan oleh Tim Cook yang sebelumnya menjabat posisi COO (Chief Operation Officer) di Apple. Dua bulan setelah mundur, Jobs pun meninggal dunia.

Apple telah memproduksi perangkat keras yang berhasil merevolusi sejumlah produk eksisting di pasar bahkan mampu juga membuat kategori baru produk. Produk berkelasnya mulai dari telepon pintar iPhone, komputer tablet iPad, komputer pribadi Mac, pemutar media portabel iPod, jam pintar Apple Watch, pemutar media digital Apple TV hingga pengeras suara pintar HomePod.

Perusahaan ini juga memproduksi perangkat lunak sistem operasi macOS dan iOS, pemutar media iTunes, peramban (browser) web Safari dan perangkat kreativitas & produktivitas iLife serta iWork. Juga bermacam aplikasi untuk kalangan profesional, antara lain Final Cut Pro, Logic Pro & Xcode. Ia juga menawarkan layanan online (daring), seperti iTunes Store, iOS App Store & Mac App Store, Apple Music serta iCloud.

Cara Apple Berinovasi Bukan dengan Empati

Sejumlah perusahaan terbukti berkembang menjadi besar dengan berbasis empati, namun Apple adalah suatu pengecualian yang menarik. Empati tampaknya tidak menjadi driver inovasi di dalam Apple Inc., berbeda dengan perusahaan seperti IBM, Mercedes-Benz, Avedis Zildjian, Harley-Davidson dan lain-lain.

Sang pendiri Apple, Steve Jobs adalah orang yang brengsek, tak pernah beramal (berbeda jauh dari Bill Gates), menindas pegawainya dan tidak mengakui anak kandungnya sendiri[2]. Sempat keluar dari Apple, namun kembali lagi di tahun 1997 saat Apple dipimpin oleh CEO Gil Amelio. Dan Steve Jobs kemudian berhasil membuat Apple, yang benar-benar hampir bangkrut saat itu, mampu bangkit lagi!

Langkah terobosan terpenting yang dilakukannya ketika itu adalah mengurangi produk Apple hingga menjadi empat buah saja. Strategi ini berdampak signifikan karena insinyur Apple bisa lebih fokus mengembangkan produk-produk Apple[3].

Hasilnya, pada dasawarsa pertama abad ke-21, berbagai inovasi terbesar dalam dunia bisnis dilahirkan oleh Apple. Produk yang belum pernah ada sebelumnya seperti iPod, iTunes/Apple Store, iPhone dan iPad terjual hingga 100 miliar dolar AS. Bahkan pada tahun 2016, Apple yang cuma menguasai 14,5 persen pasar smartphone (telepon pintar), bisa meraih 79 persen dari total keuntungan seluruh penjualan telepon pintar sedunia! Bandingkan dengan Samsung yang menguasai 20,8% pangsa pasar dunia, namun hanya memperoleh 14,6% saja dari total keuntungan [2].

Namun di balik kesuksesan luar biasa dari Apple itu, menurut Dr. Indrawan Nugroho sebenarnya ada peran besar dari para pemimpin dan karyawan di level menengah (middle management) yang seringkali terlupakan karena tertutupi oleh sihir sang pendiri[4]. Salah seorang leader di middle management itu bernama Jonathan “Jony” Ive yang memimpin departemen desain di Apple.

Perannya dalam menyelamatkan Apple dari kebangkrutan sangat signifikan. Dialah otak yang mendesain iMac (1998), iBook (1999), iPod (2001), iPhone (2007), MacBook Air (2008), iPad (2010), iOS 7 (2013), Apple Watch (2014)[5]. Seluruhnya merupakan produk-produk yang sukses luar biasa. Bisa dibilang Apple selamat dari kehancuran karena peran sentral Jony Ive dan timnya.

Steve Jobs bersama Jony Ive berhasil membangun kembali Apple dengan budaya terpimpin-desain (design-led culture). Departemen desainnya Jony Ive pun menjelma menjadi departemen paling berkuasa di Apple, tentunya setelah Steve Jobs sendiri[6].

Evolusi perusahaan Apple ini pun menarik perhatian Scott Galloway, seorang profesor di Stern School of Business New York University, AS. Ia berpendapat bahwa Apple sebenarnya adalah sebuah merek mewah (luxury brand). Katanya, banyak penulis dan pengamat yang luput memperhatikan hal itu. Padahal Apple telah berevolusi dari sebuah perusahaan teknologi di masa-masa awal menjadi sebuah merek mewah belakangan ini.

Buktinya, kata Scott, jika Anda pergi ke Manhattan maka Anda akan menjumpai Apple IOS. Namun bila Anda pergi ke New Jersey atau Bronx, akan ada Android di sana. Di Los Angeles, apabila Anda tinggal di Malibu, Beverly Hills atau Palisades maka Anda adalah pemilik iPhone. Namun sebaliknya, South Central, Oxnard atau Inland Empire adalah tempatnya para pemilik Android.

Scott Galloway sendiri pernah menjadi konsultan untuk beberapa merek mewah dunia selama 25 tahun lamanya. Ia berkesimpulan bahwa setiap merek mewah memiliki 5 ciri khas: mempunyai pendiri yang ikonik, berkeahlian artisan (artisanship), integrasi vertikal dengan toko-toko retailnya yang mewah, jangkauan global dan berharga premium. Dan memang benar, kelima ciri itu juga dipunyai oleh Apple[2].

Para pembaca yang budiman, selanjutnya silakan ditonton video berikut ini yang begitu inspiratif mengenai pelajaran yang dapat diambil (lessons learned) dari kisah sukses Apple melakukan inovasi yang dicetuskan oleh para pemimpin di middle management, diambil dari kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho dengan video berjudul “Kekuatan Yang Bikin Ford Mampu Taklukkan Ferrari. Hail Middle Managers!”:

Penutup

Para pemimpin dan timnya di manajemen level menengah memang menanggung stres paling besar. Dia harus menghadapi pendiri / CEO sekaligus menjadi eksekutor langsung di lapangan. Namun pengalaman Apple, XBox Microsoft dan Ford menunjukkan, dalam video di atas, bahwa seringkali middle management tanpa diduga justru muncul sebagai penyelamat perusahaan.

Demikianlah, besar harapan semoga tulisan yang serba singkat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca budiman sekalian (yang mungkin juga para middle managers).

Sumber:
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Apple Inc
[2] Scott Galloway, The Four Empat Besar DNA Rahasia Amazon, Apple, Facebook dan Google. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2018.
[3] Kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho “Psikologi Konsumen: Banyak Pilihan = Sedikit Penjualan”
[4] Kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho “Kekuatan Yang Bikin Ford Mampu Taklukkan Ferrari. Hail Middle Managers!”
[5] https://www.dezeen.com/2019/06/28/jony-ive-designs-apple-imac-ipod-iphone/
[6] https://www.dezeen.com/2013/12/13/interview-with-leander-kahney-author-of-jony-ive-the-genius-behind-apples-greatest-products/

1 Komentar

Rex
Rex , Rabu 20 Mar 2024

Excellent goods from you, man. I have understand your stuff previous
to and you are just too great. I actually like what you’ve acquired here, certainly like what you’re
stating and the way in which you say it. You make it enjoyable and you still care for to keep it smart.
I can’t wait to read far more from you. This is really a wonderful
website.

Balas

Tinggalkan Komentar