Info Prodi
Kamis, 17 Apr 2025
  • 2 dari 8 Alasan Anak SMK & MAK Perlu Lanjut Kuliah di Prodi Teknik Elektro ITI: 1) Nggak perlu hebat dulu untuk bisa kuliah di sini, 2) Biaya kuliah bisa nyicil per bulan (bunga 0%).
2 Maret 2025

Puasa Ramadhan Momentum Mengendalikan Hawa Nafsu

Minggu, 2 Maret 2025 Kategori : Hikmah

Salah satu manfaat datangnya bulan Ramadhan yang sangat terasa adalah secara kolektif melatih kita mengendalikan hawa nafsu. Mengapa hawa nafsu perlu dikendalikan? Karena ia senantiasa menyuruh kepada kejahatan, sebagaimana yang dinyatakan di dalam Alquran surat Yusuf: 53 yang artinya,


Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat Tuhanku.”

Ya, hawa nafsu manusia seringkali menjadi penghalang dalam perjalanannya menuju Allah SWT. Ia adalah hijab paling besar antara manusia dengan Tuhannya.

Syaikh Ibnu Athaillah di dalam kitab Al Hikam-nya menulis demikian,


“Seandainya tidak ada medan perjuangan melawan hawa nafsu, pasti tidak dapat terbukti perjalanan orang-orang yang menuju kepada Allah. Karena memang tidak ada jarak antara Anda dengan Allah yang dapat ditempuh dengan kendaraan, juga tidak ada pemutusan antara Anda dengan Allah sehingga perlu disambung oleh Anda.”

Maksud dari Syaikh Ibnu Athaillah tersebut dijelaskan dalam kitab Syarah Hikam oleh Syaikh Ibnu Ibad maupun Syarah Hikam oleh Syaikh Abdullah As-Syarqawi sebagai berikut.

Hawa nafsu adalah kabut tebal yang menjadi penghalang antara Anda dengan Allah. Dengan perjuangan keras mengalahkan dan menghancurkan kehendaknya, kebahagiaan perjumpaan dengan Allah menjadi benar.

Mengutip Hathim Al-Asham, hawa nafsu dapat dikalahkan dengan 4 macam cara:

  1. Menahan dan mengendalikan hawa nafsu
  2. Bersabar dan tabah dalam menanggung gangguan yang menyakitkan dari manusia
  3. Menahan lapar
  4. Menghindari kemewahan hidup

Sebagian orang arif mengatakan,


“Tidak mungkin dapat terlepas dari belenggu nafsu kecuali dengan melaksanakan ajaran syariat lahir dan bathin, tanpa mengurangi atau berlebihan, tanpa teledor dan tidak pula malas.

Hal itu sebagaimana yang disabdakan baginda nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam dari Aisyah ra,


Laksanakan amal perbuatan itu sekuat tenaga, sesungguhnya Allah tidak jemu menerima dan memberi pahala, hingga Anda jemu beramal. Dan sebaik-baiknya amal adalah yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit.”

Di samping itu, terdapat syair yang indah dari seorang penyair yang menulis tentang nafsu,

Jagalah nafsumu
janganlah merasa aman dari kejahatannya
Sebab nafsu lebih jahat
daripada 70 setan

Betulkah nafsu lebih jahat daripada 70 setan? Perumpamaan dalam syair itu barangkali dapat menjelaskan bagaimana di bulan Ramadhan, masih saja ada manusia yang berbuat maksiat. Bukankah setan-setan telah dibelenggu dan neraka pun ditutup sebagaimana dinyatakan dalam hadis nabi SAW? Ya, karena hawa nafsu itu masih melekat pada diri manusia yang berpuasa sekalipun.

Alhasil, Ramadhan kembali menjadi momentum untuk mengendalikan hawa nafsu agar dapat meraih predikat takwa yang menjadi tujuan ibadah puasa. Selanjutnya takwalah yang akan mengawal nafsu agar tunduk kepada dirinya.

Takwa yang bermakna asal “berhati-hati”, implementasinya adalah dengan memperhatikan halal-haram dalam tiap perbuatan, tidak sekedar menuruti hawa nafsu. Sehingga tidak ada upaya apa pun yang dapat mengalahkan nafsu, kecuali dengan takwa. Wallahu a’lam bishshowab.

REFERENSI:
Syaikh Ibnu Athaillah. Menyelam ke Samudera Ma’rifat dan Hakekat (Terjemahan Kitab Matan Al Hikam dan Syarah Kitab Al Hikam ). Penerbit Amelia, Surabaya, 2015.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar