Tidak lama lagi bulan suci Ramadhan akan menyapa kita. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membatalkan puasa Ramadhan serta 6 hal yang mewajibkan untuk meng-qodho puasa Ramadhan. Apa saja pembatal-pembatal puasa tersebut? Kuy, kita simak bersama pembahasan berikut ini.
Mmenurut Wikipedia, Ramadan merupakan bulan kesembilan menurut penanggalan kalender Hijriah yang di dalamnya umat Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa (shaum). Pada bulan Ramadan pula wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Puasa Ramadan adalah salah satu dari rukun Islam. Puasa Ramadan akan berlangsung selama 29 – 30 hari yang dimulai dan diakhiri berdasar pada terlihatnya hilal / bulan sabit (awal Ramadan dan awal Syawal), menurut sejumlah dalil yang ada di dalam hadis nabi.
Kata Ramadan sendiri berasal dari akar kata bahasa Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ, yang bermakna panas yang menyengat. Puasa Ramadhan sudah dimaklumi hukumnya adalah fardhu (diwajibkan) untuk Muslim yang baligh dan berakal, mampu melaksanakannya dan sehat, serta bukan musafir.
Tidak wajib melakukan puasa Ramadan bagi yang memiliki halangan untuk melakukannya, semisal dalam perjalanan, sudah tua, sedang hamil, sedang menyusui, memiliki penyakit seperti diabetes atau sedang mengalami menstruasi (haidh).
Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan turun pada bulan Sya’ban tahun kedua setelah hijrahnya umat Muslim dari Makkah ke Madinah. Kaum Muslim berpuasa sejak terbitnya fajar Subuh hingga terbenamnya matahari (Magrib). Berpuasa bagi umat Muslim pada bulan Ramadan banyak diikuti dengan salat Tarawih pada malam hari serta membaca / tadarus Al-Quran setiap saat.
Berpuasa bukanlah hal baru dan telah dipraktikkan oleh orang-orang sebelum kedatangan Islam dalam rangka mencapai takwa (lihat Qur’an surat Al-Baqarah:183). Orang-orang Arab pada masa pra-Islam itu berpuasa hanya pada hari kesepuluh Muharram untuk menebus dosa-dosa mereka serta untuk menghindari kekeringan[1].
Baca juga: Rukun, Syarat Wajib, Syarat Sah Puasa Ramadan serta Hukum Puasa pada Hari Syak
Di dalam kitab Safinatun Najah disebutkan sejumlah hal yang bisa membatalkan puasa Ramadhan, yaitu[2]:
a. Murtad
b. Haidh
c. Nifas
d. Melahirkan
e. Gila, walaupun hanya sekejap
f. Pingsan dan mabuk, jika disengaja
Sedangkan di dalam kitab Al-Fiqhul Muyassar ada tambahan hal yang membatalkan puasa sebagai berikut[3]:
g. Memasukkan sesuatu dari luar tubuh ke dalam tubuh melalui rongga yang ada di kepala (semisal rongga mulut, hidung, telinga) dengan sengaja, baik berupa makanan maupun bukan makanan (semisal asap rokok).
h. Memasukkan sesuatu ke dalam salah satu dari dua jalan, kemaluan atau dubur.
i. Muntah yang disengaja
j. Menggauli isteri dengan sengaja
k. Menumpahkan mani dengan sengaja
Baca juga: Keutamaan Bulan Suci Ramadhan
Bagi yang batal puasa Ramadan karena terkena hal-hal yang membatalkan puasa di atas, maka wajib membayar (meng-qodho) puasanya di luar Ramadan sebanyak bilangan hari puasa yang ditinggalkannya. Namun, sekalipun puasanya telah batal di hari itu, dia tetap harus menahan diri dari makan maupun minum di siang hari bulan Ramadan itu.
Termasuk juga wajib membayar / meng-qodho puasa serta menahan diri dari makan dan minum di siang hari Ramadan bagi orang pada enam hal berikut[2]:
a. Bagi orang yang sengaja membatalkan puasanya
b. Bagi orang yang tidak berniat (lupa berniat) pada malam harinya
c. Bagi orang yang telah berbuka puasa, tetapi ternyata belum masuk waktu untuk berbuka
d. Bagi orang yang telah / terlambat mengetahui bahwa hari ketiga puluh Sya’ban ternyata telah masuk hari pertama Ramadan (konsekuensinya adalah langsung berhenti makan minum saat itu juga)
e. Bagi orang yang kemasukan air pada saat berwudhu karena berlebihan dalam berkumur atau berlebihan dalam memasukkan air ke dalam hidung.
Demikianlah sedikit pembicaraan mengenai hal-hal yang dapat membatalkan puasa Ramadan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita nikmat kesehatan & kemudahan dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadan serta ibadah-ibadah lainnya. Aamiin….
Referensi:
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Ramadan
[2] Salim bin Abdullah bin Sumair Al-Hadhrami As-Syafi’i. Terjemah Safinatun Najah Panduan Fiqih Dasar Madzhab Syafi’i. Mutiara Ilmu Agency, Surabaya, 2015.
[3] Ahmad Isa Asyur. Al Fiqhul Muyassar, Bagian Ibadat. Penerbit Pustaka Amani, Jakarta.
(Fikih mazhab Syafii yang ditulis seorang ulama terpandang dari Mesir)
Tinggalkan Komentar