Info Prodi
Sabtu, 20 Apr 2024
  • 2 dari 8 Alasan Anak SMK & MAK Perlu Lanjut Kuliah di Prodi Teknik Elektro ITI: 1) Nggak perlu hebat dulu untuk bisa kuliah di sini, 2) Biaya kuliah bisa nyicil per bulan (bunga 0%).

Rukun, Syarat Sah, Syarat Wajib Puasa Ramadhan Serta Hukum Puasa pada Hari Syak

Selasa, 31 Januari 2023 Oleh : admin

Tidak terasa bulan suci Ramadhan akan segera tiba. Berikut ini rukun puasa Ramadhan, syarat sah puasa Ramadhan, syarat wajib puasa Ramadhan dan hukum berpuasa Ramadhan pada hari syak untuk menyegarkan kembali ingatan kita dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

  1. Rukun Puasa Ramadhan

Di dalam kitab Safinatun Najah, disebutkan bahwa seorang muslim yang mendapati datangnya bulan Ramadhan melalui salah satu dari 5 sebab berikut, maka wajib baginya untuk berpuasa Ramadhan[1]:

a. Bulan Sya’ban telah genap 30 hari

b. Bila telah melihat hilal (awal Ramadhan), meski dia seorang muslim yang fasik

c. Adanya kepastian terlihatnya hilal lewat kesaksian seorang yang adil, maka jatuh kewajiban berpuasa bagi seorang muslim yang tidak melihatnya

d. Adanya pemberitahuan terlihatnya hilal dari seorang yang adil dalam periwayatan dan sangat bisa dipercaya. Baik berita tersebut bisa diterima oleh hati orang yang mendengarnya atau tidak, atau berita tersebut berasal dari orang yang tidak dapat dipercaya namun hati orang yang mendengarnya dapat mempercayainya.

e. Dengan menduga masuknya bulan Ramadhan melalui ijtihad bagi orang yang tidak bisa membedakan antara bulan Ramadhan dengan bulan lainnya, semisal bagi orang yang ditawan atau dipenjara.

Selanjutnya, berikut ini adalah Rukun Puasa Ramadhan yang terdiri dari 3 hal[1]:

a. Niat pada waktu malam setiap hari untuk puasa fardhu Ramadhan

b. Meninggalkan semua hal yang membatalkan puasa dalam keadaan ingat (sejak dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari), mengetahui (bila sedang puasa), tidak bodoh yang ma’dzur (dimaafkan)

c. Shoimun (orang yang berpuasa)

  1. Syarat Sah Puasa Ramadhan

Syarat sahnya puasa Ramadhan ada empat hal:

a. Islam

b. Berakal

c. Suci dari haidh dan nifas

d. Mengetahui bahwa saat itu adalah hari diperbolehkannya puasa, yakni bukan hari yang diharamkan untuk berpuasa semisal telah masuk hari raya Idul Fitri (karena telah terlihat hilal awal Syawal pada malam harinya)

Catatan mengenai poin (d) di atas:

Termasuk hari yang tidak diperbolehkan untuk puasa Ramadhan adalah pada hari syak, yakni satu hari atau dua hari sebelum hari pertama Ramadhan, kecuali bila orang tersebut telah biasa berpuasa sunah sebelumnya, semisal hari syak tersebut jatuh pada hari Senin atau Kamis di mana ia telah biasa puasa sunah Senin-Kamis sebelumnya[2].

Dalil mengenai larangan berpuasa pada hari syak adalah hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut[2],

Janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi orang yang sudah terbiasa puasa pada hari tertentu, maka puasalah di hari itu.”

Juga berdasarkan perkataan Ammar bin Yassar RA,

Barangsiapa berpuasa pada hari syak, maka ia pun telah mendurhakai Abal Qasim (yakni rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Hadits riwayat Ammar tersebut disahihkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim, dan Imam Bukhari pun berkomentar, “Andaikata seseorang bernazar puasa pada hari syak, maka puasanya tidak sah.”

  1. Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Syarat wajibnya puasa Ramadhan ada lima hal:

a. Islam

b. Baligh dan berakal

c. Mampu melakukannya

d. Sehat (tidak dalam kondisi sakit)

e. Mukim / tidak sedang bepergian / bukan musafir

Demikianlah sedikit pembahasan untuk me-review kembali rukun, syarat sah dan syarat wajibnya puasa Ramadhan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kesehatan & kemudahan bagi kita untuk melaksanakan ibadah shaum serta ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan ini. Aamiin….

Referensi:
[1] Salim bin Abdullah bin Sumair Al-Hadhrami As-Syafi’i. Terjemah Safinatun Najah Panduan Fiqih Dasar Madzhab Syafi’i. Mutiara Ilmu Agency, Surabaya, 2015.

[2] Ahmad Isa Asyur. Al Fiqhul Muyassar, Bagian Ibadat. Penerbit Pustaka Amani, Jakarta.
(Fikih mazhab Syafii yang ditulis seorang ulama terpandang dari Mesir)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar