Info Prodi
Minggu, 28 Apr 2024
  • 2 dari 8 Alasan Anak SMK & MAK Perlu Lanjut Kuliah di Prodi Teknik Elektro ITI: 1) Nggak perlu hebat dulu untuk bisa kuliah di sini, 2) Biaya kuliah bisa nyicil per bulan (bunga 0%).
28 Januari 2024

8 Dampak Negatif AI bagi Kesehatan Mental atau Psikologi Karyawan

Minggu, 28 Januari 2024 Kategori : Artikel Ilmiah

Kali ini, mari kita bahas apa saja dampak negatif dari AI (Artificial Intelligence) atau Kecerdasan Buatan terhadap kesehatan mental / psikologi manusia, khususnya para karyawan / pekerja.

Teknologi AI itu seperti pesona ajaib yang bisa bikin kita terkagum-kagum. Tapi, ya, kadang-kadang, teknologi juga bisa bikin kita mikir-mikir sendiri. Yuk kita kupas satu per satu!

Dampak Negatif AI terhadap Kesehatan Mental / Psikologi Manusia

  1. Munculnya Rasa Takut dan Stres

Jadi, kadang kita bisa merasa gugup kalau semuanya jadi serba otomatis. Gitu lho, ada rasa khawatir kehilangan kendali atau merasa dijegal sama mesin. Nah, itu bisa bikin kita deg-degan dan stres, terutama buat yang suka banget sama teknologi AI.

  1. Isolasi Sosial

Dengan makin canggihnya teknologi, kita jadi lebih sering bergaul di dunia maya daripada ketemu langsung. Ini bisa bikin kita merasa sepi, yang tentunya bisa berdampak kurang baik buat kesehatan mental dan kebahagiaan kita.

  1. Perbandingan yang Gak Masuk Akal

Kadang-kadang, teknologi AI nunjukin kehidupan yang kelihatannya sempurna banget, yang bikin kita jadi pengen kayak gitu juga. Nah, ini bisa bikin kita merasa kurang oke dan nggak pede.

  1. Ketergantungan pada Teknologi

Makin banyak dan seringnya kita pake teknologi AI, kita jadi makin tergantung. Ini bisa bikin kita jadi kurang mandiri dan kemampuan kita dalam menyelesaikan masalah bisa jadi berkurang.

  1. Rasa Takut Kehilangan Pekerjaan

Dengan teknologi AI yang makin canggih, beberapa pekerjaan memang bisa jadi serba otomatis. Nah, ini bisa bikin banyak perusahaan happy. Namun efeknya buat kita pekerja nih, bisa-bisa kehilangan pekerjaan dan jadi mikirin masalah keuangan, yang pasti bikin hidup kita gak tenang.

  1. Rasa Kesepian

Ada nih penelitian oleh Pok Man Tang dkk dari University of Georgia, AS terhadap 166 insinyur karyawan perusahaan biomedis di Taiwan [1].

Temuannya adalah: Para karyawan yang sering berinteraksi dengan sistem kecerdasan buatan (AI) cenderung merasakan kesepian, sulit tidur (insomnia), dan ada peningkatan konsumsi minuman keras setelah bekerja. Tapi, mereka juga menunjukkan perilaku positif yaitu membantu kepada sesama karyawan lainnya.

Ia juga meneliti 126 pekerja (konsultan) dari perusahaan manajemen properti di Indonesia [1].

Temuannya: Hampir sama dengan temuan di Taiwan, bedanya adalah di kalangan pekerja Indonesia tidak ditemukan asosiasi (kaitan) antara seringnya menggunakan sistem AI dengan konsumsi minuman keras setelah bekerja.

Ia juga meneliti 214 pekerja di AS dan 294 karyawan di Malaysia. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil di Taiwan atau Indonesia.

  1. Sulit Tidur (Insomnia)

Hal ini sudah dijelaskan di atas tadi ya, berdasarkan hasil penelitian Pok Man Tang dkk terhadap ratusan karyawan di Taiwan, Indonesia, AS dan Malaysia.

  1. Kecenderungan Konsumsi Minuman Keras

Ini merupakan hasil penelitian Pok Man Tang dkk yang dijelaskan di atas terhadap ratusan karyawan di Taiwan dan (mungkin juga) di AS.

Ngomong-ngomong gaes, di samping penelitian di atas, ada juga lho survei yang dilakuin American Psychological Association (APA) berjudul Work in America: Artificial Intelligence, Monitoring Technology and Psychological Well-Being. Survei itu diadakan oleh The Harris Poll secara online bagi 2.515 karyawan di seluruh AS antara 17 – 27 April 2023.

Hasil survei APA itu antara lain [2]:

a. 38% karyawan merasa cemas AI akan membuat pekerjaan mereka akan menjadi usang di masa depan

b. Di antara 38% karyawan yang cemas tersebut, 64%-nya merasa stres dalam pekerjaan mereka sekarang

c. 51% karyawan melaporkan bahwa mereka sadar selalu dimonitoring dalam menjalankan pekerjaannya lewat perangkat lunak, kamera atau alat lainnya.

d. Di antara 51% karyawan yang sadar selalu dimonitor itu, 46%-nya merasa tidak nyaman, 39%-nya merasa lelah secara emosional pada bulan sebelumnya, dan 26%-nya merasa tidak dihargai dalam pekerjaannya.

Nah, gimana… Kita bisa bikin diri kita tetap asyik dan enggak terlalu dipengaruhi sama hal-hal negatif itu, khan? Namun tetap waspada, ya gaes…

Kita bisa atur batasan kapan kita pakai teknologi AI, jaga-jaga biar nggak terlalu asyik sama dunia maya, dan latih terus keterampilan berpikir kritis.

Jangan lupa juga, jaga terus keyakinan dan hubungan kita sama Allah SWT. Rejeki mah nggak ke mana, udah diatur sama yang di atas. Keyakinan kayak gini harus dipunya para pekerja.

Di sisi lain, kita juga harus tahu bahwa teknologi AI akan terus berkembang, jadi kita harus siap selalu adaptasi. Santai aja, kita bisa belajar bareng-bareng buat tetap ceria dan sehat!

Referensi:
[1] https://www.apa.org/news/press/releases/2023/06/loneliness-insomnia-ai-systems

[2] https://www.apa.org/news/press/releases/2023/09/artificial-intelligence-poor-mental-health

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar