Pada awal 2022, perusahaan milik Jeff Bezos yakni Amazon mencapai nilai valuasi US$1,7 triliun. Padahal sang pemilik sekaligus pendiri perusahaan memulai segalanya dengan sebuah ide sederhana: menjual buku secara daring (online).
Ia terlahir dengan nama lengkap Jeffrey Preston Jorgensen pada 12 Januari, 1964 di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat dari pasangan muda Jacklyn Gise and Ted Jorgensen. Kemudian ia diadopsi oleh Miguel “Mike” Bezos pada usia 4 tahun. Bezos memiliki gelar sarjana teknik elektro dan sains komputer dari Princeton University di tahun 1986.
Bermula dari sebuah garasi miliknya di Seattle pada tahun 1994, ia menjadi CEO toko ritel online terbesar di dunia (Amazon) hingga tahun 2021. Seberapa besarkah Amazon? Di akhir 2021, data menunjukkan bahwa lebih banyak orang berbelanja di Amazon daripada di Walmart.
Hal itu membuktikan pencapaian Jeff Bezos yang sangat mengesankan. Bagaimana tidak? Walmart saja memiliki lebih dari 11.000 toko fisik di seluruh dunia plus bisnis online yang sukses.
Padahal, Bezos si penjual buku daring yang kemudian menjadi miliarder ini pernah bekerja sebagai pembuat burger di McDonald’s saat berusia 20-an. Ia bercerita bagaimana segala sesuatu tidak berjalan dengan mulus saat ia bekerja di restoran cepat saji tersebut.
Pernah suatu hari, ia harus membersihkan sendiri segala sesuatunya ketika dispenser saus tomat rusak dan menyemprotkan saus ke setiap celah dapur yang sulit dijangkau.
Bagaimana seorang pembuat burger dan tukang pel di restoran cepat saji bisa bertransformasi menjadi miliarder yang mengubah cara dunia berbelanja? Rahasianya terletak pada pelajaran kepemimpinan berharga yang ia dapatkan.
Salah satu pelajaran terpentingnya adalah: pandang segala sesuatu dengan gambaran lebih besarnya terlebih dahulu.
Kesuksesan Bezos dan Amazon di Tempat yang Tak Terduga
Kalian tentu masih ingat era booming-nya perusahaan dot-com. Masa itu dikenal juga sebagai gelembung internet (internet bubble) atau gelembung teknologi.
Hal itu dimulai pada 1995 ketika internet semakin populer dan semakin banyak orang dapat mengaksesnya. Perusahaan-perusahaan startup bermunculan, masing-masing mengklaim sebagai yang paling menjadi terobosan besar di dunia online.
Spekulasi besar-besaran terhadap perusahaan-perusahaan berbasis internet itu memicu pertumbuhan pesat, yang diikuti oleh kehancurannya pada Oktober 2002.
Perusahaan seperti WorldCom dan Pets.com sempat menikmati keuntungan luar biasa sebelum akhirnya bangkrut dan tutup. Amazon masih sangat muda ketika gelembung ini mulai. Saat krisis berakhir, WorldCom dan Pets.com telah kehilangan sebagian besar kapitalisasi pasarnya.
Bagi kebanyakan orang, krisis itu adalah tanda bahwa menjalankan toko ritel online bukanlah ide yang baik. Tetapi Bezos tidak pernah kehilangan pandangan akan gambaran besar yang ia punya. Ia dan perusahaannya (Amazon) akhirnya berhasil tumbuh di mana banyak organisasi bisnis serupa gagal, karena Bezos memiliki visi – dan ia setia pada visinya.
Pemimpin hebat tidak terdistraksi dari tujuan mereka. Mereka fokus. Mereka juga tidak mengejarnya secara sembarangan. Mereka menyusun rencana permainannya dan memahami bahwa mereka mungkin harus berbelok dan bermanuver dalam perjalanan menuju tujuan.
Dalam menghadapi kesulitan maupun kesuksesan, mereka tetap fokus pada gambaran besarnya. Mereka tidak membiarkan kesulitan atau kesuksesan jangka pendek mengubah fokus mereka.
Pelajaran penting bagi siapa saja yang ingin mencapai cita-citanya adalah kita tahu apa yang kita inginkan untuk masa depan. Maka susunlah rencana untuk mencapainya. Kemudian mulailah melangkah. Suatu saat ketika kita merasa harus menyerah – dan itu pasti akan terjadi – tetaplah fokus pada gambaran besarnya.
Pada akhirnya, kita mungkin tidak akan pernah mengulangi kisah sukses Jeff Bezos dengan sama persis. Namun kita mungkin akan berhasil mencapai tujuan-tujuan besar dan penting kita sendiri dengan tetap fokus pada tujuan yang ingin kita raih.
Referensi:
britannica.com, en.wikipedia.org, investing.com, businessinsider.com, achievement.org.
Tinggalkan Komentar