Tulisan kali ini akan mengangkat tema seputar warisan Nabi Muhammad SAW dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan serta teknologi (iptek).
Sebagai seorang pemimpin multidimensi, beliau tentu saja memiliki banyak atribut yang pantas dikagumi. Salah satu atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin yang banyak disorot adalah mengenai legacy (warisan) yang ditinggalkannya.
Terkait persoalan warisan seorang pemimpin ini, Kouzes & Posner di dalam bukunya A Leader’s Legacy mengatakan, “Warisan bukanlah hasil pikiran penuh harap. Warisan adalah hasil perbuatan tertentu. Warisan yang Anda tinggalkan adalah hidup yang Anda jalani. Kita memimpin hidup kita setiap hari. Kita meninggalkan warisan setiap hari. Orang yang Anda lihat, keputusan yang Anda buat, tindakan yang Anda ambil – itu semua berkisah tentang Anda. Hal itu semuanya adalah kumpulan segala hal berarti yang telah Anda lakukan [yang menjadi warisan Anda -ed], bukan peninggalan hebat pada akhir masa jabatan Anda.“
Selanjutnya Kouzes & Posner mengatakan, “Anda tidak pernah tahu hidup siapa saja yang akan tersentuh [akibat tindakan Anda -ed]. Anda tidak pernah tahu perubahan apa yang harus Anda mulai dan dampak apa yang bakal Anda peroleh. Anda tidak pernah tahu kapan saja waktu penting tiba. Yang Anda tahu adalah Anda bisa membuat perbedaan. Anda dapat meninggalkan dunia ini dengan lebih baik dibandingkan saat Anda menemukannya.“
Dari pernyataan Kouzes & Posner tersebut terlihat jelas bahwa warisan bukanlah mengenai persoalan harta, produk atau karya luar biasa yang diingat setelah seorang pemimpin tiada, namun lebih kepada berapa banyak kehidupan orang-orang yang tersentuh dengan ucapan, pikiran maupun tindakan seorang pemimpin, baik selama masa hidupnya maupun setelah meninggalnya. Warisan seorang pemimpin hidup dalam bentuk kisah-kisah yang diceritakan oleh mereka yang kehidupannya telah tersentuh oleh sang pemimpin, maupun oleh orang-orang yang hidup jauh setelah kematiannya.
Dengan sudut pandang ini maka kita akan melihat sejumlah warisan baginda Nabi Muhammad SAW terutama di bidang sains dan teknologi yang terus hidup bukan hanya di kalangan pemeluk ajarannya saja namun juga di kalangan pemeluk agama lainnya.
Baginda Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, “Aku tinggalkan dua perkara yang dengan mengikuti keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya, (keduanya) itu adalah Al Qur’an dan sunnahku.” Nabi telah mengajarkan kepada banyak orang di jamannya (yakni para sahabat beliau yang jumlahnya ribuan) mengenai kandungan Al Qur’an. Nabi juga secara langsung mengajarkan hal-hal yang belum didetailkan di dalam Al Qur’an dalam bentuk sunahnya, baik berupa ucapan, tindakan maupun persetujuan terhadap tindakan para sahabatnya yang sesuai dengan apa yang telah beliau ajarkan.
Dalam konteks pengembangan sains dan ilmu pengetahuan & teknologi (iptek) ini, beliau mengajarkan sejumlah hal berikut [2]:
Ajaran menentang penyembahan berhala ini diajarkan beliau mengikuti apa yang tertulis di dalam kitab Alquran yang artinya, “Bila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah.’ Mereka menjawab, ‘Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami.’ Apakah mereka akan mengikuti juga walau nenek moyang mereka tidak tahu apa pun dan tak mendapat petunjuk?” (TQS. Al Baqarah: 170)
Rasionalitas, sikap kritis dan penentangan terhadap segala hal yang irasional inilah yang nantinya berperan besar dalam pengembangan sains di tangan ilmuwan-ilmuwan muslim. Sains yang di masa Yunani sebelumnya dikatakan oleh Will Durant di dalam bukunya The Story of Civilization IV, “Dalam bidang ilmu kimia, bangsa Yunani mencukupkan diri dengan pengalaman di industri dan hipotesis yang kabur, namun ilmuwan muslim telah memperkenalkan penggunaan observasi yang cermat, eksperimen terkontrol dan pencatatan yang teliti.”
Dari sini para sahabat dan orang-orang setelahnya memahami bahwa dalam persoalan sains (seperti penyerbukan kurma tadi), mereka didorong untuk senantiasa bereksperimen dan berinovasi secara kreatif mencari cara-cara terbaik untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Orang pertama yang melaksanakan ajaran ini tentu nabi SAW sendiri. Beliau pernah memberdayakan seorang dokter yang merupakan hadiah dari raja Mesir untuk dimanfaatkan keahliannya oleh masyarakat saat itu sebagai sarana pengobatan, padahal raja Mesir sendiri dan sang dokter bukanlah muslim.
Adapun para sahabat dan orang-orang setelahnya terdorong untuk mengembara dalam rangka belajar dan mengajar, dari siapa saja dan di mana saja. Mereka mengembara hingga negeri-negeri yang jauh seperti Cina dan Rusia.
Demikianlah sekilas ajaran nabi SAW yang menjadi warisan bagi umatnya. Dalam waktu tidak lebih dari tiga ratus tahun setelah wafatnya beliau, banyak bermunculan ilmuwan-ilmuwan yang telah berhasil melanjutkan sejarah sains dan iptek sebelumnya serta membangun sejumlah sains dan iptek dengan corak baru yang berasaskan rasionalitas dan eksperimen, seperti:
Nah, jika warisan seorang pemimpin akan senantiasa hidup dalam kisah-kisah yang diceritakan secara turun temurun, kira-kira hal apakah yang kelak akan diceritakan oleh orang-orang atau anak cucu kita sebagai bentuk warisan kita?
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap imam adalah pemimpin dan akan ditanyai mengenai tanggung jawabnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan akan ditanyai mengenai tanggung jawabnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan akan ditanyai mengenai tanggung jawabnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan ditanyai mengenai tanggung jawabnya.” (HR Bukhari)
Referensi:
[1] Kouzes, James M., Posner, Barry Z., A Leader’s Legacy Menjawab Tantangan Pemimpin Masa Depan. Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2006.
[2] Amhar, M Fahmi. “Warisan Metode Sains Ala Nabi.” Tabloid Media Umat, Edisi 299, Oktober 2021.
Tinggalkan Komentar