Bagaimana kisah AMD (Advanced Micro Devices, Inc.) yang sukses mengalahkan Intel lewat keunggulan kecepatan dan performa chip mikroprosesor Ryzen yang mengalahkan mikroprosesor terbaik Intel? Kisah ini sangat inspiratif, karena hebatnya AMD melakukan ini setelah lima puluh tahun terus menerus menempel di belakang Intel si penguasa pasar.
AMD memang seolah selalu menjadi chip pilihan kedua setelah Intel bagi mereka yang mencari laptop atau komputer desktop untuk kebutuhan studi atau kerja. Hal ini barangkali disebabkan citra chip mikroprosesor buatan AMD yang lebih cepat panas dan tidak sekencang buatan Intel, meskipun harganya memang lebih murah. Pengecualiannya mungkin adalah khusus bagi para pengguna yang mahir mengutak-atik chip untuk melakukan over clocking, maka AMD saat itu bisa menjadi pilihan nomer satu. Namun sekarang situasi telah berubah sejak tahun 2017.
Sejatinya tidak ada yang abadi di dunia. Dahulu jawara, sekarang kalah. Dulu dicari-cari, sekarang justru mengejar-ngejar. Jika saat ini menang pun, belum tentu lima belas tahun lagi masih eksis. Contohnya seperti Nokia, AOL dan sederet merek terkenal lainnya yang sekarang hanya tinggal sejarah. Akankah Intel mengalami nasib yang sama?
Sejarah AMD
Dikutip dari Wikipedia, sebagai perusahaan pembuat semikonduktor multinasional yang berlokasi di Santa Clara, California, Amerika Serikat, AMD memiliki sejumlah produk andalan. Semisal mikroprosesor, chipset motherboard (papan induk), prosesor tertanam & prosesor grafis untuk server (peladen), workstation (stasiun kerja), komputer pribadi serta aplikasi embedded system (sistem tertanam).
AMD didirikan oleh sejumlah mantan pekerja perusahaan Fairchild Seminconductor di San Jose, California, AS. Wilayah ini sekarang dikenal dengan nama Silicon Valley. Salah seorang pendirinya yang terkenal dan kemudian menjadi presiden AMD pertama adalah Jerry Sanders.
Awal Kekalahan Intel
Intel merajai pangsa pasar mikroprosesor sejak chip buatan mereka dipakai IBM, yakni Intel 80286 untuk menjadi prosesor bagi produk PC mereka. Ditambah lagi Apple pun kemudian mengganti chip PowerPC mereka dengan buatan Intel pada tahun 2005 untuk seluruh produk Apple.
Dr. Indrawan menjelaskan, posisi yang nyaman sebagai penguasa pasar membuat Intel terlena. Inovasi mereka melambat. Yang lebih parah, cara-cara kurang elegan mulai dipergunakan, yakni melakukan praktik anti kompetisi. Antara lain melanggar kontrak dengan AMD, memberikan informasi palsu untuk menghambat perkembangan AMD hingga menyogok perusahaan-perusahaan seperti NEC, Hitachi, Fujitsu, Sony, Dell, HP hingga Lenovo untuk tidak menggunakan chip buatan AMD.
Bahkan pada tahun 2010, Intel ketahuan memalsukan data hasil tolok ukur (benchmark), demi menunjukkan seolah-olah prosesor Intel berkinerja lebih cepat daripada buatan AMD. Semua itu dilakukan Intel hanya untuk mempertahankan posisi sebagai raja mikroprosesor. Hmm, speechless deh rasanya….
Awal Kemenangan AMD atas Intel
Momen kemenangan AMD dimulai sejak tahun 2014 saat Dr. Lisa Su diangkat sebagai CEO AMD yang baru. Hanya dalam dua tahun, yakni pada tahun 2017 AMD meluncurkan mikroprosesor Ryzen berdasarkan arsitektur Zen hasil desain insinyur AMD sendiri.
Setelah peluncuran Ryzen, pangsa pasar AMD naik dari 18% menjadi 31%. Sementara Intel justru turun dari 82% menjadi 69%. Puncaknya di kwartal pertama tahun 2021 ini, untuk pertama kalinya chip AMD menguasai 50,7% pasar desktop yang sebelumnya dikuasai Intel selama 50 tahun.
Dr. Lisa Su, wanita kelahiran 7 November 1969 sebagai CEO AMD di tahun 2021 ini pada akhirnya juga mendapatkan pengakuan atas kontribusinya di bidang mikroprosesor dengan memperoleh Robert N. Noyce Medal dari IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers). Menjadikannya sebagai wanita pertama yang memperoleh penghargaan bergengsi tersebut.
Para pembaca yang budiman, untuk lebih detailnya, berikut video yang sangat menarik mengenai pelajaran yang bisa dipetik (lessons learned) dari kisah perjalanan kesusksesan AMD mengungguli Intel setelah berjuang lima puluh tahun lebih, diambil dari kanal Youtube Dr. Indrawan:
Penutup
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Indrawan dalam video di atas, bahwa pemasaran yang hebat sekalipun tidak akan bisa mengalahkan produk yang bagus. Dalam bahasa marketing, jika positioning produk tidak sesuai dengan differentiation-nya maka brand integrity akan rusak, brand image luntur dan brand identity juga ikut memudar. Untuk konteks Intel, cara-cara yang tidak elegan dan fokus mengeruk keuntungan semata dengan mengabaikan kebutuhan akan inovasi yang terus menerus, tampaknya inilah yang menjadi awal kekalahannya dari AMD.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Sumber:
[1] Kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Advanced_Micro_Devices
[3] https://wccftech.com/ieee-robert-n-noyce-medal-awarded-to-amd-ceo-dr-lisa-su-for-pushing-the-semiconductor-industry-forward/
Tinggalkan Komentar