Apa itu energi baru terbarukan / EBT / renewable energy? Mungkinkah benar-benar berkelanjutan? Apa saja tantangan pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia? Dan bagaimana potensi pengembangan energi nuklir sebagai sumber energi yang berkelanjutan?
Poin-poin itulah yang dibahas dalam Webinar Gratis “Renewable Energy yang Berkelanjutan, Mungkinkah?” yang diadakan oleh Prodi Teknik Elektro Institut Teknologi Indonesia pada Sabtu 22 Januari 2022 lalu.
Berikut ini adalah ringkasan dari webinar tersebut ditambah dengan sumber lainnya.
Apa Itu Energi Baru Terbarukan (Renewable Energy)?
Menurut Wikipedia, energi baru dan terbarukan (EBT) merupakan energi yang bersumber dari proses alam yang berkelanjutan. Contohnya energi yang berasal dari tenaga surya, tenaga angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi.
Masih menurut Wikipedia, rumusan dan pemikiran mengenai energi terbarukan mulai mengemuka sekitar tahun 1970-an, sebagai usaha alternatif untuk mengimbangi penggunaan energi yang bersumber dari bahan bakar nuklir & fosil. Adapun definisi paling umum dari energi baru terbarukan ialah sumber energi yang bisa dengan cepat dipulihkan kembali secara alami & prosesnya pun berkelanjutan.
Dari definisi tersebut, seluruh jenis energi terbarukan (yakni energi dari tenaga surya, tenaga angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi) otomatis juga dipahami sebagai energi berkelanjutan. Sebabnya, sumber energi tersebut selalu ada di alam dan tersedia dalam waktu yang relatif sangat panjang sehingga tidak dikhawatirkan akan habis meskipun terus-menerus dimanfaatkan.
Dengan definisi seperti itu pula, energi dari bahan bakar nuklir dan fosil jelas tidak bisa dikategorikan ke dalam EBT. Para peneliti renewable energy biasanya tidak menyertakan energi nuklir sebagai bagian dari EBT, sebab unsur uranium-235 di alam ada batasnya, katakanlah ratusan tahun.
Namun para peneliti energi nuklir beralasan bahwa nuklir bisa dikategorikan dalam energi berkelanjutan jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada reaktor berpembiak cepat (FBR: Fast Breeder Reactor), sebab cadangan bahan bakar nuklir bisa “beranak” ratusan hingga ribuan kali lipat. [1]
Dr. Andang Widi Harto dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika FT UGM dalam webinar ini memperjelas kembali bahwa baik jenis-jenis energi terbarukan yang telah biasa kita kenali itu, maupun energi bahan bakar fosil sebenarnya sama-sama mengalami proses pemulihan kembali di alam.
Bedanya, kecepatan pembentukan kembali jenis bahan bakar fosil (seperti batubara, minyak bumi dan gas alam) membutuhkan waktu yang jauh lebih lama (yakni hingga jutaan tahun) daripada kecepatan penggunaannya oleh manusia di sektor bisnis, industri dan transportasi.
Karakteristik Energi Terbarukan (EBT) dan Energi Lainnya
Dalam paparan Dr. Andang, disebutkan sejumlah karakteristik energi terbarukan (EBT), energi konvensional dan energi nuklir sebagai berikut:
Karakteristik Energi Baru Terbarukan (EBT)
Pemanfaatan yang sekarang (makro, hidro, geothermal, tradisional):
Biomass sampah, biomass kultivasi dan solar geothermal:
Energi terbarukan lainnya (seperti tenaga bayu / angin dan surya):
Karakteristik Energi Nuklir
Teknologi nuklir yang sekarang:
Teknologi nuklir advanced (yang lebih maju):
Teknologi nuklir fusi:
Karakteristik Energi Konvensional (seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam):
Problem Energi Global dan Indonesia
Menurut Dr. Andang, secara umum problem energi global dunia dan juga Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut:
Dampak Negatif Sumber Daya Energi Konvensional
Adapun dampak negatif terhadap lingkungan akibat penggunaan sumber daya energi konvensional sepertiminyak bumi,gas alam dan batubara antara lain:
Menurut Dr. Andang, emisi gas CO2 per satuan energi (kg CO2 per kWh setara energi listrik) dari sumber daya energi konvensional adalah sebagai berikut:
Angka-angka di atas jika dibandingkan dengan emisi gas CO2 per satuan energi dari sumber daya energi terbarukan maupun nuklir memang sangat jauh perbedaannya, yakni:
Dari sinilah tampak jelas perlunya riset, pengembangan dan inovasi teknologi untuk memanfaatkan sumber daya energi baru dan terbarukan serta energi nuklir penting untuk terus dilakukan.
Selain untuk menghindari dampak negatifnya terhadap alam yang juga mengancam kehidupan manusia beserta makhluk hidup lainnya, pula untuk memenuhi kebutuhan energi nasional kita.
Khusus energi nuklir, saat ini memang kelihatannya pemerintah belum terlalu serius mempertimbangkan pendirian reaktor nuklir untuk keperluan pembangkit listrik secara nasional. Padahal negara-negara maju masih mempertahankan sebagian besar rektor nuklir mereka. Sementara itu, potensi dan jumlah sumber-sumber energi nuklir di Indonesia sendiri sangat besar.
Sebagai gambaran, Dr. Andang memberikan sejumlah data sebagai berikut:
Uranium:
Thorium:
Dampak Pandemi Covid-19 pada Sektor Energi
Pada sesi berikutnya, Dr. Ir. Mohammad Mustafa Sarinanto, IPU dari Prodi Teknik Elektro ITI / Mantan Kepala B2TKE-BPPT menekankan pentingnya Indonesia segera mempersiapkan pengembangan sumber-sumber daya energi terbarukan dengan lebih masif. Hal ini mengingat beberapa perkembangan terakhir terkait energi listrik dan pandemi Covid-19.
Menurutnya, terdapat dampak langsung dari Covid-19 ini terhadap permintaan energi dunia, yakni penurunan demand (permintaan) akan energi yang diindikasikan sejumlah hal berikut:
Dampak Pandemi Covid-19 pada Beban Listrik
Menurut data-data yang disampaikan Dr. Sarinanto, kita dapat melihat beberapa fenomena berikut:
Kesempatan Pada Tatanan Hidup Baru
Pada kondisi pandemi seperti ini sebenarnya mengandung kesempatan untuk lebih mengembangkan PLTA, PLTS dan PLTGeotermal. Hal ini disebabkan beberapa peluang yang muncul seperti:
BPPT Renewable Energy Pilot Plant Sites
BPPT (sekarang telah dilebur ke dalam BRIN) telah mengembangkan program Smart Grid berupa pilot project di sejumlah daerah seperti Serpong, Tangsel (PLTS 100 kWp), Kamojang (Geothermal 3 MW), Baron (PLTS dan PLTB), Sumba (PLTS 400 kWp) dan Lahendong (Geothermal 500 kW).
Pilot project itu menunjukkan bahwa energi terbarukan yang memiliki kekurangan pada intermitensi (khususnya pada PLTS dan PLTB) dapat disalurkan dengan baik ke grid.
Di samping itu, hal itu juga menunjukkan bahwa:
Demikianlah sedikit laporan pandangan mata dari penyelenggaraan webinar tersebut. Semoga bermanfaat bagi para pembaca yang budiman sekalian.
Download Gratis PDF Materi Webinar Energi Terbarukan (EBT)
Bagi pembaca yang ingin men-download PDF materi webinar tersebut, silakan tinggalkan komentar dengan Nama dan Alamat Email aktif Anda pada kolom komentar di bawah ini lebih dulu. Setelah kirim komentar, pembaca akan dibawa otomatis menuju link untuk download materi.
Referensi:
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_terbarukan
[2] Paparan materi Dr. Ir. Andang Widi Harto, MT (Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika FT-UGM)
[3] Paparan materi Dr. Ir. Mohammad Mustafa Sarinanto, IPU (Dosen Prodi Teknik Elektro ITI / Mantan Kepala B2TKE-BPPT)
Terimakasih atas informasinya BPK/ibu
Saya tertarik dengan materi webinar nya
saya tertarik dengan materinya
Saya tertarik dengan materinya, mohon dikirimkan link nya ya
Iam not suгe where you are getting your information, bսt goo topic.
I neeⅾs to spend somе tiume llearning mօre or understanding mߋre.
Ꭲhanks for excellent informatіon I was lo᧐king for this
information foor my mission.
terima kasih atas informasinya
Terima kasih atas informasinya
Terima kasih ya. Semoga sukses terus bpk/ibu
Tinggalkan Komentar