Info Prodi
Rabu, 17 Apr 2024
  • 2 dari 8 Alasan Anak SMK & MAK Perlu Lanjut Kuliah di Prodi Teknik Elektro ITI: 1) Nggak perlu hebat dulu untuk bisa kuliah di sini, 2) Biaya kuliah bisa nyicil per bulan (bunga 0%).
19 Februari 2023

Apa Itu Revolusi Industri 4.0: Transformasi Digital, Tantangan & Peluang Setelah Era ChatGPT

Minggu, 19 Februari 2023 Kategori : Artikel Ilmiah

Apa itu Revolusi Industri 4.0? Apa kaitannya dengan transformasi digital, kemunculan ChatGPT serta apa tantangan dan peluang yang ditimbulkannya? Tulisan berikut ini akan mencoba mengulasnya secara singkat.

Dalam pandangan Angela Markel (2013), definisi dari Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi yang komprehensif yang menyelimuti keseluruhan aspek produksi dari industri lewat peleburan teknologi digital & internet dengan industri konvensional.

Adapun Schlechtendahl dan kawan-kawan (2015) menekankan bahwa Revolusi Industri 4.0 adalah lebih mengutamakan unsur kecepatan dari tersedianya suatu informasi, di mana seluruh entitas suatu lingkungan industri senantiasa terhubung & bisa berbagi informasi satu sama lain.

Ada lagi definisi lainnya yang lebih teknis seperti yang dikemukakan oleh Kagermann dan kawan-kawan (2013) bahwa Revolusi Industri 4.0 ialah integrasi dari Cyber Physical System (CPS) & Internet of Things and Services (IoT dan IoS) ke dalam proses industri yang mencakup proses manufaktur, logistik dan proses-proses lainnya [1].

  1. Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0

Pada masa di mana belum terjadi Revolusi Industri Pertama, manusia membuat barang dan jasa hanya dengan menggunakan tenaga manusia, tenaga hewan, tenaga air atau tenaga angin. Tentu saja semuanya memiliki keterbatasan, baik dalam hal jumlah yang dapat diproduksi, kecepatan produksi maupun efisiensi dan efektivitasnya.

Keterbatasan tenaga manusia atau hewan itu pada gilirannya tergantikan oleh tenaga air atau tenaga angin sebagai sumber energi dalam proses penggilingan. Namun tenaga uap dan angin pun juga memiliki masalah dengan tempat atau lokasi sumber tenaganya. Sumber tenaga tersebut cuma bisa didapat di daerah yang dekat dengan air terjun atau di daerah yang berangin saja.

Nah pada saat Revolusi Industri Pertama muncul, mulailah tercipta kondisi yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia. Akibat adanya perubahan dalam skala yang masif dan global itu, maka proses produksi atau jasa yang awalnya sulit, butuh waktu serta proses yang relatif lama, maka semua kendala itu dapat teratasi. Hanya saja, untuk itu sebagai konsekuensinya dibutuhkan biaya atau modal yang cukup besar agar dapat menjadikannya lebih mudah, lebih cepat, serta lebih murah dalam proses produksinya.

Revolusi Industri Pertama atau yang sering disebut juga dengan istilah Revolusi Industri 1.0 dimulai pada tahun 1776, yakni dengan diketemukannya mesin uap oleh James Watt. Meski bukan mesin uap pertama, namun kelebihan mesin uap James Watt ini memiliki efesiensi yang jauh lebih bagus dibandingkan mesin uap sebelum tahun 1776.

Mesin uap ini menggunakan bahan bakar kayu & batu bara. Sebagai bukti efisensinya, mesin uap ini dapat mentenagai kapal-kapal selama 24 jam full. Sejak diketemukannya mesin ini, negara-negara penjajah Eropa mulai melakukan pelebaran wilayah atau penjajahan di kerajaan atau kesultanan di wilayah Afrika & Asia. Selain penjajahan, dampak lainnya akibat penggunaan mesin uap yang masif untuk menghasilkan bermacam produk industri adalah tentu saja pencemaran lingkungan.

Selanjutnya masuk Revolusi Industri 2.0 di mana mulai tahun 1870 dilakukan proses produksi barang secara masal dengan menggunakan assembly line dan juga penggunaan energi listrik.

Kemudian muncul Revolusi Industri 3.0 sekitar tahun 1989, di mana komputer mulai hadir, sehingga berkembanglah otomatisasi industri dan manufaktur.

Setelah itu barulah masuk ke Revolusi Industri 4.0, di mana kegiatan manufaktur terintegrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif, yang membuat pemanfaatan data lebih efisien dengan system server, mengintegrasikan keseluruhan kegiatan otomasi dalam satu sistem.

  1. Teknologi Pendukung Revolusi Industri 4.0

Terdapat 10 (sepuluh) jenis teknologi pendukung Revolusi Industri 4.0. Kesepuluh jenis teknologi tersebut adalah [2]:

  • Internet of Things (IoT) / Internet untuk Segala
  • Komputasi Awan (Cloud Computing)
  • Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)
  • Big Data (Maha Data)
  • Augmented Reality (AR) / Realita Tertambah
  • Integrasi Sistem (System Integration)
  • Cyber Security (Keamanan Siber)
  • Simulasi (Simulation)
  • Robot Otonom (Autonomous Robot)
  • 3D Printing / Additive Manufacturing

  1. Transformasi Digital dan Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 juga erat kaitannya dengan istilah Transformasi Digital. Transformasi Digital sendiri diberi makna sebagai perubahan yang ditimbulkan sebagai akibat penerapan teknologi digital di seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Sebuah organisasi atau perusahaan yang hendak melakukan proses transformasi digital mesti menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan budaya sebagai konsekuensi penerapan teknologi digital. Karena berdasarkan sebuah survey, sebanayk 57% persen perusahaan di dunia sedang bertransformasi menuju digital. Namun dari jumlah sebanyak itu, sekitar sepertiganya mengalami kegagalan.

Kegagalan tersebut terutama disebabkan belum dipahaminya proses transformasi digital sepenuhnya. Sebab ia bukan hanya soal bagaimana membuat versi digital dari sebuah produk fisiknya, namun juga melingkupi perubahan perilaku konsumen, karyawan dan berbagai aspek budaya lainnya.

Terdapat 4 (empat) komponen pendukung suatu transformasi digital, yaitu: empowered employees, engaged customers, transformed products dan optimized operations [2].

Baca juga: Syarat Transformasi Digital bagi Organisasi Bisnis

Baca juga: Empat Komponen Keberhasilan Transformasi Digital Perusahaan

Baca juga: Dampak Transformasi Digital dan AI (ChatGPT) Bagi Perusahaan / Bisnis

  1. Tantangan dan Peluang Revolusi Industri 4.0

Pada akhir November 2022 lalu, ChatGPT diluncurkan ke publik oleh perusahaan OpenAI di Amerika Serikat. Chatbot ini adalah mesin berbasis kecerdasan buatan yang menggunakan algoritma supervised learning sekaligus reinforcement learning yang dilatih dengan data set yang sangat besar. ChatGPT berhasil menarik perhatian masyarakat karena hanya dalam dua hari sejak peluncurannya mampu menggaet satu juta pengguna.

Kemampuan ChatGPT merespons pertanyaan pengguna dalam hampir semua topik membuatnya dianggap sebagai personal assistant yang ampuh untuk mendukung banyak pekerjaan dalam banyak profesi di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, bisnis, pemrograman, marketing dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus menimbulkan kekhawatiran banyak orang bahwa ChatGPT akan mengambil alih banyak pekerjaan manusia dalam 1 – 2 tahun lagi.

Sebelum kemunculan ChatGPT, berbagai macam kebutuhan manusia pun telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Misalnya pada bidang sharing economy terdapat Airbnb, Swap.com, Zopa, Bcycle, BookMooch, Zilok.com, Zipcar, atau yang sedang banyak digandrungi para remaja adalah Netflix. Contoh di bidang edukasi ada Coursera, Audacity, Canvas Network, Edx, NovoED, Iversity, Open2Study dan Future Learn.

Di bidang e-goverment ada eGovernance, KlikDokter.com dan HealthTap. Di bidang cloud collaboration juga terdapat Google Drive, Dropbox dan Microsoft Office. Dan yang sedang trend saat ini tentu saja e-commerce, seperti Bukalapak, Shopee, Tokopedia dan lain-lain. Serta terakhir di bidang Smart Manufacturing terdapat Sculpteo dan 3D painting.

a. Tantangan atau Ancaman

Secara global era digitalisasi pada Revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist). Diestimasi bahwa di masa depan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di saat ini (U.S. Department of Labor Report).

b. Peluang

Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2,1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronika (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum). Oleh karena itulah keunggulan iptek di bidang teknik elektro, teknik mesin, teknik kimia, informatika dan bidang-bidang teknik lainnya menjadi penting untuk dikuasai oleh SDM Indonesia [3].

  1. Profesi di Era Revolusi Industri 4.0

Terdapat sejumlah profesi yang seksi dan menjanjikan di era Revolusi Industri 4.0. Berikut ini beberapa profesi tersebut:

a. Data Scientist
Bertugas menganalisis data-data perusahaan, bertanggung jawab atas kualitas data perusahaan, melakukan penelitian terkait data perusahaan yang sering kali berupa maha data (big data).

b. Koordinator robot
Bertugas mengawasi, melakukan pemeliharaan dan perbaikan atas robot, baik robot semi otonom, robot otonom maupun robot humanoid.

c. Arsitek jasa IoT / IT
Bertugas membuat desain sistem di perusahaan / manufaktur yang menghubungkan produk, mesin dan karyawan secara online dan realtime menggunakan berbagai teknologi atau platform tertentu.

d. Programmer / insinyur komputer
Bertugas meciptakan atau mengembangkan aplikasi yang menghidupkan sistem yang telah didesain oleh seorang arsitek IT/ IoT.

Baca juga: 8 Alasan Mengapa Anak SMK dan MAK Harus Kuliah di Teknik Elektro ITI

e. UI/UX designer
Bertugas membuat tampilan (interface) untuk produk digital seperti website, aplikasi dan lain-lain serta mencari cara bagaimana data-data di lapangan dapat diimplementasikan ke dalam interface tersebut.

f. Ahli keamanan siber (cyber security)
Jangkauan tugasnya sangat luas sehingga bisa dipecah ke dalam banyak spesialis, misalkan menangani keamanan sistem IT, membangun dan memelihara sistem IT, memberikan solusi masalah keamanan sistem IT, berperan sebagai investigator digital, auditor digital dan lain sebagainya.

g. Ahli pemasaran digital (digital marketing)
Sesuai namanya, maka jangkauan tugasnya juga sangat luas sehingga bisa diperinci ke dalam banyak spesialis, seperti ahli stratgei pemasaran digital, ahli pemasaran melalui media sosial, ahli SEO dan lain-lain [2].

h. Prompt Engineer (Perekayasa Prompt)

Seiring dengan munculnya ChatGPT, maka kebutuhan akan orang yang memiliki keahlian merumuskan prompt sebagai perintah bagi ChatGPT melakukan apa yang diminta pengguna, akan semakin besar. Terlebih untuk penggunaan yang spesifik di mana dibutuhkan latar belakang teknis tertentu seperti pemrograman, agar respons yang diberikan ChatGPT valid dan memberikan hasil yang optimal sesuai prompt pengguna.

Di samping itu muncul pula turunan dari pekerjaan atau bisnis dari prompt engineer ini, antara lain prompt seller, prompt trainer, ChatGPT course trainer, ChatGPT-based start-up maupun pekerjaan yang terkait AI-based tools lainnya yang muncul seiring atau setelah kehadiran ChatGPT yang fenomenal.

Sumber:
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri_4.0
[2] Dayu Pratyahara. Revolusi Industri 4.0. Pustaka Baru Press, Yogyakarta, 2020.
[3] M. Ikrar Pramadi. SCM 4.0: Digitalisasi SCM dan Logistik. Makalah disampaikan pada Webinar Kapita Selekta Prodi Teknik Elektro ITI, Sabtu 12 Juni 2021.

1 Komentar

Hl
Hl , Jumat 14 Apr 2023

Inilah yg pernah dikatan oleh John Naisbit bahwa siapa yg menguasai informasi maka dunia berada dalam genggamannya.

Balas

Tinggalkan Komentar